Sinopsis Novel Ronggeng Dukuh Paruk dan Unsur Intrinsik Ekstrinsik
Sinopsis Ronggeng Dukuh Paruk Karya Ahmad Tohari
Sinopsis Novel Ronggeng Dukuh Paruk. Ronggeng Dukuh Paruk merupakan sebuah buku novel karya tulis dari Ahmad Tohari. Ahmad Tohari adalah seorang penulis yang berasal dari Banyumas Indonesia. Novel Ronggeng Dukuh Paruk diterbitkan pada tahun 1982 untuk pertama kalinya dalam bentuk trilogi yang terdiri dari Catatan Buat Emak, Lintang Kemukus Dini Hari, dan Jantere Bianglala.
Buku Ronggeng Dukuh Paruk terdiri dari 174 halaman pada buku pertama dan 397 untuk total keseluruhannya. Novel ini memiliki genre Fiksi yang di terbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama dalam bahasa Indonesia dan Banyumasan.
Yuk, langsung saja inilah sinopsis Novel Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari, serta unsur intrinsik dan ekstrinsiknya. Simak di bawah ini :
Sinopsis Novel Ronggeng Dukuh Paruk :
Sinopsis Novel Ronggeng Dukuh Paruk berkisah tentang seorang anak bernama Serintil yang hidup di suatu desa terpencil bernama Dukuh Paruk. Dimana suatu hari para anak-anak yang sedang bermain yaitu Rasus, Warta, dan Dasun. Dimana mereka melihat Srintil sedang menari dengan penuh bakat. Sakarya, tetua di Dukuh Paruk, pun melihat bakat tersebut. Ia yakin bahwa Srintil yang merupakan cucunya telah kerasukan indang ronggeng. Indang dimana hal tersebut dianggap semacam wangsit yang di muliakan di dunia peronggengan di desa tersebut.
Sakaarya pun menceritakan hal itu pada Kertareja yang merupakan dukun ronggeng di dukuh. Pagelaran ronggeng akhirnya diselenggarakan, dimana hal tersebut adalah momen yang sangat di tunggu-tunggu oleh warga Dukuh Paruk yang telah lama menanti hadirnya seorang ronggeng di dukuh tersebut. Karena telah belasan tahun sejak ronggeng terakhir di Dukuh Paruk meninggal belum ada lagi penggantinya. Di desa Dukuh Paruk Ronggeng merupakan satu-satunya hal yang membuat pedukuhan tersebut merasa hidup di tengah kemelaratan, keterasingan dan kebodohan yang turun temurun dari dulu.
Pertunjukkan dari Srintil malam itu seakan membuat orang-orang Dukuh Paruk lupa terhadap musibah yang menimpa Dukuh Paruk sebelas tahun sebelumnya. Bahwa bapak dari Srintil yaitu Sentayib yang telah membawa mala petaka yang menimbulkan banyak kematian di desa Dukuh Paruk termasuk ronggeng dari Dukuh Paruk. Sentayib merupakan seorang bapak penjual tempe bongkrek, dimana ia telah melakukan hal ceroboh yang Ia tak sadari bahwa tempenya telah tercampur dengan zat beracun. Sehingga hal tersebut membuat banyak sekali orang di dukuh paruk meninggal dunia tersamuk Sentayib dan istrinya yang merupakan orang tua dari Srintil.
Didalam novel ini juga bercerita tentang Rasus seorang anak laki-laki yang berusia empat belas tahun. Rasus merupakan teman bermain Srintil. Dimana ia memiliki nasib yang sama dengan Srintil yang kehilangan orang tuanya karena petaka yang terjadi di Dukuh Paruk. Namun setelah pertunjukan ronggeng malam itu ia merasa menjauh dari Srintil. Karena kehadiran Srintil sendiri bagi Rasus telah mengobati kerinduan terhadap sosok perempuan di hidupnya,.
Namun, meski begitu, Rasus menyadari bahwa Srintil bukan hanya miliknya seorang, tetapi sekarang Srintil adalah milik Dukuh Paruk. Hingga pada suatu malam di makam Ki Secamenggala, yang merupakan makam leluhur Dukuh Paruk mereka, Srintil telah di upacara untuk menjadi seorang ronggeng.
Namun syarat menjadi serorang ronggeng sah tidak hanya itu, tetapi dalam perongngan ada syarat terakhir seorang gadis menjadi ronggeng yaitu dengan melakukan Bukak-Klambu. Bukak-klambu merupakan semacam sayembara bagi laki-laki mana pun, dimana laki-laki yang memberi taruhan sejumlah uang yang telah ditentukan oleh dukun ronggeng akan dapat menikmati keperawanan dari Srintil.
Dari hal tersebut membuat Rasus kecewa karena ada hukum yang menjijikkan seperti itu yang akan terjadi pada Sritil untuk menjadi seorang ronggeng. Sehingga Ia pun pergi bekerja ke pasar dawuan yang merupakan sebuah pusat kecamatan di daerah tersebut. Ia mengasingkan diri di sana. Disitulah Rasus semakin terbuka pengetahuannya, dimana Ia harus beradaptasi dengan nilai-nilai baru.
Kemudian Rasus mendapat pekerjaan lain yaitu mengangkut barang-barang milik militir yang ada di daerah tersebut. Setelah lama ia bekerja bersama para tentara, ia tidak hanya bertugas untuk mengangkat barang, namun ia juga sering membantu para tentara untuk menumpas perampokan yang ada di Dukuh Paruk. Sehingga pada suatu malam Ia dibangga-banggakan oleh penduduk dukuh paruk. Karena mereka berfikir Rasus dapat menjadi pelindung dari dukuh paruk. Malam itu juga ia tidur ditemani Srintil yang tampak semakin cantik.
Disitulah mereka saling mengobrol, dimana salah dari obrolan mereka bahwa Srintil menginginkan hadirnya seorang anak. Srintil pun meminta hal tersebut pada Rasus. Shingga munculah perang batin tampak terlihat dari Srintil yang dimana ia mulai mempertanyakan eksistensinya untuk menjadi seorang perempuan yang utuh, bukan sebagai ronggeng.
Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik Novel Ronggeng Dukuh Paruk
- Unsur Intrinsik Ronggeng Dukuh Paruk
1. Tema
Tema dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk yaitu tentang percintaan, adat istiadat, budaya, dan perjuangan
2. Alur
Alur yang digunakan atau jalannya cerita dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk menggunakan alur maju yang disertai dengan alur mundur kemasa lalu.
3. Tokoh dan Penokohan
1. Srintil
- Kekanak-kanakan, bukti “ tetapi Srintil tidak malas melakukan perbuatan yang lucu di mata orang-orang Dukuh Paruk”
- Setia, bukti “srintil setia menunggu kedatangan rasus kembali ke dukuh paruh”
- agresif, bukti “aku tak bergerak sedikit pun ketika Srintil merangkulku, menciumiku. Nafasnya terdengar begitu cepat.”
2. Rasus
- Pemberani, bukti “ketika perampok itu membelakangiku, aku berjalan hati-hati. Pembunuhan aku lakukan untuk pertama kali”
- Pengkhayal, bukti “penampilan srintil membantuku mewujudkan anganku tentang pribadi emak”
3. Warta
- Berfikir dengan logika, bukti “ percuma, hanya sebatang linggis dapat menembus tanah sekeras ini, ujar Warta”
- Bukti Warta perhatian, bukti “Rasus, kau boleh sakit hati. Kau boleh cemburu. Tetapi selagi kau tak mempunyai sebuah ringgit emas, semuanya menjadi sia-sia.”
4. Darsun
- Menganggap remeh, bukti “air? Ejek Darsun. Dimana kau dapat menemukan air?”
- Pamrih, bukti “ah tidak, Potong Darsun. Kecuali engkau mau menari seperti ronggeng”
5. Sakarya
- Percaya hal mistis, bukti “sedikitpun Sakarya tidak ragu, Srintil telah kerasukan indang ronggeng”
- Pemikirannya belum maju, bukti “tak seorangpun menyalahkan pikiran Sakarya. Dukuh Paruk hanya lengkap bila ada keramat Ki Secamenggala, cabul, sumpah serapah, dan ronggeng"
6. Kartareja
- Licik, bukti “kartareja menipu sulam dan dower tentang siapa yang menang diantara mereka yang bisa mendapatkan malam bukak klambu”
- Pemarah, bukti “emosi kartareja meluap ketika melihat sulam dan dower bertengkar dirumahnya”
- Mistis “Satu hal disembunyikan oleh Nyai Kartareja terhadap siapa pun. Itu ketika dia meniupkan mantra pekasih ke ubun-ubun Srintil.”
7. Nyai Kartareja
- Licik, bukti “memberikan minum pemabuk kepada sulam dan dower supaya bisa mengelabui mereka”
- Tenang, bukti “nyai kartareja tetap tenang menghadapi sulam dan dower memperebutkan sayebara buka klambu”
- Mistis “Satu hal disembunyikan oleh Nyai Kartareja terhadap siapa pun. Itu ketika dia meniuokan mantra pekasih ke ubun-ubun Srintil.”
8. Sakum
- Bertanggung jawab, bukti “ia berusaha menghidupi anak dan istrinya meskipun Cuma sebagai penabur gendang”
- Hebat, bukti “meskipun dia buta, tetapi dia tidak bisa dibohongi orang lain”
9. Dower
- Pejuang, bukti “dia berusaha menawarkan ringgit perak dengan kerbau untuk bisa memenangkan sayembara bukak-klambu”
- Pencuri, bukti “dower mencuri kerbau bapaknya dari kandang demi diberikan kepada Kartareja sebagai syarat pemenang bukak-klambu”
10. Sulam
- Sombong, bukti “Sulam meremehkan dower yang Cuma membawa kerbau untuk upah bukak-klambu”
- Mudah terpengaruhi, bukti “sulam tertipu dengan pembicarain Nyai Kartareja"
11. Waras
- Tidak tertarik pada wanita, bukti “waras tidak tertarik kepada tubuh cantik srintil”
- Penyayang binatang, bukti “waras lebih suka memandikan burung kesayangannya”
12. Goder
- Mudah di bujuk, bukti “setelah srintil membelikan mainan untuknya, barulah goder kembali kepelukan srintil"
- Berani, bukti “goder menanyakan kepada tampi tentang siapa sebenarnya srintil itu”
13. Tampi
- Suka berbagi, bukti “tampi mau berbagi goder kepada srintil”
- Jujur, bukti “tampi berkata jujur saat ditanya srintil “apakah tampi sudah mengajarkan goder untuk takut kepadanya?”
14. Pak bakar
- Jahat, bukti “membakar pekuburan dukuh paruh untuk menghasut orang dukuh paruk”
- Tidak bertanggung jawab, bukti “dia yang membuat srintil,sakarya,dan kartareja masuk penjara tapi dia tidak berbuat apa-apa”
15. Bajus
-Ucapannya tidak bisa dipercaya, bukti “bajus berjanji untuk menikahi srintil kepada orang dukuh paruk”
- Egois, bukti “ bajus cuma memanfaatkan srintil untuk kepentingan pribadi”
3. Latar
• Latar Tempat :
- Dukuh Paruk, bukti “dua puluh tiga rumah berada di pedukuhan itu, dihuni oleh orang-orang seketuruna”
- Kebun, bukti “ditepi kampung, tiga anak sedang bersusah payah mencabut sebatang singkong. Yakni Rasus, Darsun dan Warta”
- Rumah Nyai Kartareja, bukti “di dalam rumah. Nyai Kartareja sedang merias Srintil. Tubuhnya yang kecil dan masih lurus tertutup kain sampai ke dada ”
- Kuburan, bukti “rombongan bergerak menuju perkuburan dukuh paruk. Kartareja berjalan paling depan membawa pedupan”
- Pasar Dawuan, bukti “Perkenalanku dengan pedagang singkong di pasar memungkinkan aku mendapat upah”
- Di Markas Tentara, bukti “pada hari pertama menjadi tobang, banyak hal baru yang kurasakan”
- Di Hutan, bukti “Sampai di hutan, perburuan langsung dimulai. Dalam hal ini aku kecewa karena tiga orang tentara yang kuiringkan sama sekali tak berpengalaman dalam hal berburu”
- Rumah Sakarya, bukti ”kulihat dua orang perampok tetap tinggal diluar rumah, satu dibelakang dan lainya dihalaman.Sakarya yang terkejut langsung mengerti”
- Rumah Nenek, bukti “selagi orang-orang Dukuh Paruk mengerumuni rumah Kartareja, aku duduk berdekatan dengan Srintil beranda di rumah nenekku sendiri”
- Rumah Sakum , bukti “Sakum tak terusik oleh hiruk pikuk anak-anaknya, jemarinya terus bekerja..…Sakum berhenti mendadak ketika Srintil melangkah mendekatinya ”.
- Rumah Tarim, bukti “panas udara mulai reda ketika Marsusi diterima oleh Kakek Tarim….”
- Lapangan bola deka kantor Kecamatan, bukti .” Malam itu semangat kota kecil dawuan berpusat dilapangan sepak bola dekat kantor Kecamatan. Sebuah panggung lebar"
- Di Alaswangkal , bukti “hampir setengah hari ketika rombonhan dari Dukuh Paruk memasuki kampung Alaswangkal. Pemukiman penduduk”.
- Kantor Polisi , bukti “dikantor itu ternyata bukan hanya polisi, melainkan tentara juga ada disana mereka segera mengenal siapa yang sedang melangkah”
- Penjara, bukti “ Saya Prajurit Dua Rasus. Saya ingin berjumpa Komandan kompleks tahanan ini secara pribadi”.
- Sawah , bukti “di tengah sawah, seratus meter disebelah barat dukuh paruk. Bajus memimpin..”
- Pantai , bukti “sampai dipantai Bajus memilih tempat yang agak terpencil buat memarkir jipnya”
- Vila, bukti “Bajus membelokan mobilnya ke halaman sebuah vila mungil yang ternyata kemudian sudah disewanya”
- Rumah Sakit , bukti “ketegangan yang meliputi hatiku hampir berakhir ketika becak berhenti di gerbang rumah sakit tentara”
• Latar Waktu :
- Sore hari , bukti “ ketiganya patuh. Ceria dibawah pohon nangka itu sampai matahari menyentuh garis cakrawala.”
- Malam hari, bukti “ jadi pada malam yang bening itu, tak ada anak Dukuh Paruk yang keluar halaman.”
- Pagi hari , bukti “ menjelang fajar tiba, kudengar burung sikakat mencecet si rumpun aur di belakang rumah.”
• Latar Suasana :
- Tenang
- Gembira
- Tegang
- Bahagia
- Sedih
- Kecewa
5. Gaya Bahasa
Perbandingan, bukti “tetapi Srintil tenang seperti awan putih bergerak di akhir musim kemarau”
6. Sudut Pandang
Sudut pandang yang digunakan novel Ronggeng Dukuh Paruk adalah menggunakan sudut pandang orang pertama pelaku utama seperti adanya kata “aku “dan menggunakan sudut pandang pengganti orang ketiga, dimana dalam novel terdapat kata“ dia”, –nya” dan menyebut nama tokoh
7. Amanat
Amanat yang ada pada novel Ronggeng Dukuh Paruk yaitu, agar kita semua tidak hanya melihat orang dari luarnya atau covernya saja tetapi lihatlah hatinya yang sebenarnya agar kita peduli dan berpikir mengenai kemanusiaan yang terjadi di sekeliling kita. Jangan sia-siakan orang yang telah mencintai kita dengan sepenuh hati, karena belum tentu suatu hari nanti kita dapat menemukan kembali orang seperti itu. Jangan mudah terpengaruh dengan keadaan duniawi, karena semua orang akan mati dan dunia hanyalah kehidupan yang fana.
- Unsur Ekstrinsik Ronggeng Dukuh Paruk
a. Kebudayaan
Dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk banyak terdapat unsur kebudayaan yang ada didalam ceritanya, seperti memberi sajen kepada nenek moyang, tarian ronggeng, dan nyayian-nyanyian yang memiliki unsur kebudayaan .
b. Keagamaan (relegius)
Dalam novel ini Ronggeng Dukuh Paruk juga terdapat unsur keagamaan yang ada didalam cerita tersebut, dimana para warga menganut kepercayaan animisme.
c. Sosial
Dalam novel ini unsur sosial dalam kehidupan Dukuh Paruk tentang nilai-nilai kemanusiaan masih sangat kurang, dimana hubungan antar manusia lebih cenderung ke arah ronggeng, karena di situlah ronggeng sangat penting dan sangat di banggakan bagi mereka.
d. Ekonomi
Dalam novel ini tergambar kehidupan ekonomi mereka masih dalam kemiskinan, dimana mereka hidup ditengah-tengah pematang sawah yang namun sawah telah tujuh bulan kering kerontang, sehingga mereka kesulitan dalam memenuhi kebutuhan pangan mereka.
e. Politik
Dalam cerita novel tersebut salah satu unsur utamanya yaitu adanya unsur politik yang sangat jelas. Dimana pengarang merasa prihatin tentang kesewenangan kekuasaan yang digunakan untuk menindas para orang-orang kecil yang tidak tau menahu tentang kehidupan politik. Salah satunya yaitu pada saat masalah penghianatan PKI waktu itu.
Ya, itulah sekian Sinopsis Novel Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari dan Unsur Intrinsik Ekstrinsiknya. Semoga dapat membantu terima kasih.
Baca Juga: